
Jakarta, Updatejakarta – Ketegangan baru muncul antara Amerika Serikat (AS) dan Australia, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencananya untuk mengenakan tarif terhadap produk baja asal Australia. Keputusan ini mengejutkan, karena sebelumnya Trump sempat memberi sinyal bahwa Australia akan dikecualikan dari tarif tersebut, mengingat AS mencatatkan surplus dalam neraca dagangnya dengan Negeri Kangguru.
Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, mengungkapkan bahwa ia baru mengetahui rencana tersebut dalam menit-menit terakhir. “Tarif yang akan diberlakukan Washington terhadap baja dan aluminium sama sekali tidak dapat dibenarkan,” kata Albanese pada Rabu (12/3/2025).
Menurut Albanese, langkah tersebut tidak hanya merusak hubungan baik antara kedua negara, tetapi juga bertentangan dengan semangat persahabatan yang sudah lama terjalin antara Australia dan AS. “Keputusan Presiden Trump untuk menyerang sekutunya, Australia, tidak bisa diterima begitu saja. Ini jelas bukan langkah yang positif bagi hubungan kita,” ujarnya.
Namun, meski merasa terkejut, Albanese menegaskan bahwa pihaknya belum merencanakan tindakan balasan. Ia menyadari bahwa membalas dengan tarif juga bisa berisiko menyebabkan inflasi dan mempengaruhi kondisi ekonomi domestik. “Tarif dan ketegangan perdagangan hanya akan memperburuk ekonomi, menurunkan pertumbuhan, dan mendorong inflasi yang lebih tinggi,” tambahnya.
Sebelumnya, beberapa pejabat Gedung Putih menyebutkan bahwa pengecualian terhadap Australia tidak lagi menjadi pertimbangan bagi Trump. Namun, mereka tidak memberikan penjelasan rinci mengenai arah kebijakan perdagangan AS dengan Australia ke depan.
Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan kepada media Australia bahwa Trump awalnya mempertimbangkan untuk mengecualikan Australia, namun kini kebijakan tersebut sedang ditinjau ulang. “Dia (Trump) mempertimbangkannya, dan mempertimbangkan untuk tidak melakukannya,” kata Leavitt saat diwawancarai oleh penyiar ABC.
Australia mungkin bukan pemain besar dalam pasar ekspor baja global, namun negara ini tetap menjadi sumber utama bijih besi, bahan baku utama dalam pembuatan baja. Perusahaan baja Australia, BlueScope, juga memiliki sekitar 4.000 karyawan di AS, yang menjadikannya salah satu pemain penting dalam industri ini.